Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dongeng Sebelum Tidur: Pendidikan Karakter yang Semakin Jarang Dilakukan

mendongeng

Dongeng sebelum tidur dahulu menjadi ritual yang akrab dalam kehidupan anak-anak. Suara lembut orang tua yang membacakan kisah-kisah penuh imajinasi bukan hanya menjadi pengantar tidur, tetapi juga menghadirkan momen hangat yang mempererat hubungan emosional antara anak dan orang tua.

Namun, di era digital ini, kebiasaan mendongeng semakin jarang dilakukan. Gawai, televisi, dan berbagai bentuk hiburan digital lainnya kerap menggantikan cerita lisan yang dulu begitu dinantikan anak-anak. Padahal, mendongeng bukan sekadar hiburan. Lebih dari itu, mendongeng memainkan peran penting dalam perkembangan psikologis dan intelektual anak. Melalui cerita, anak belajar tentang nilai-nilai moral, mengembangkan daya imajinasi, serta memperkaya kosakata dan keterampilan berbahasa mereka.

Tak hanya itu, momen mendongeng juga menjadi kesempatan emas bagi orang tua untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan dengan cara yang menyenangkan dan berkesan. Oleh karena itu, sudah saatnya kita menghidupkan kembali tradisi mendongeng sebagai bagian dari perjalanan tumbuh kembang anak, agar mereka tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan hati yang penuh empati.

Pentingnya Dongeng dalam Pendidikan Karakter

Dongeng mengandung nilai-nilai moral yang dapat membantu anak memahami konsep kebaikan, kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawab. Melalui cerita yang menarik, anak-anak belajar tentang konsekuensi dari setiap tindakan dan pentingnya bersikap baik terhadap sesama.

Selain itu, mendongeng mempererat ikatan antara orang tua dan anak. Interaksi ini memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak, sekaligus menjadi momen bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan dengan cara yang menyenangkan. Ketika anak mendengar suara orang tua yang mendongeng, mereka merasa diperhatikan dan dicintai, yang berkontribusi pada perkembangan emosional dan psikologis mereka.

Mendongeng juga merangsang imajinasi dan kreativitas anak. Mereka dapat membayangkan latar cerita, tokoh, dan situasi yang diceritakan, yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah mereka. Dengan mendengar berbagai cerita, anak juga dapat memperkaya kosakata dan kemampuan berbahasa mereka.

Faktor Penyebab Menurunnya Kebiasaan Mendongeng

  1. Pengaruh Teknologi

    Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai dibanding mendengarkan cerita dari orang tua. Berbagai konten digital, seperti video animasi dan gim interaktif, sering kali lebih menarik perhatian mereka dibanding dongeng tradisional.
  2. Kesibukan Orang Tua

    Banyak orang tua yang sibuk bekerja sehingga kurang memiliki waktu untuk mendongeng kepada anak-anak mereka. Padahal, hanya dengan meluangkan 10–15 menit setiap malam, kebiasaan ini bisa tetap terjaga dan memberikan dampak yang besar bagi anak.
  3. Kurangnya Kesadaran Akan Manfaat Mendongeng

    Tidak semua orang tua menyadari bahwa mendongeng bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana pendidikan karakter yang efektif. Banyak orang tua yang lebih memilih memberikan tontonan atau bacaan digital tanpa memahami bahwa keterlibatan mereka secara langsung dalam bercerita jauh lebih berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Cara Menghidupkan Kembali Tradisi Mendongeng

  • Luangkan Waktu Setiap Hari
    Sediakan waktu 10–15 menit sebelum tidur untuk membacakan atau menceritakan dongeng kepada anak. Tidak perlu cerita yang panjang, yang penting adalah konsistensi dan interaksi yang hangat antara orang tua dan anak.
  • Gunakan Cerita yang Bermakna
    Pilih dongeng yang memiliki pesan moral dan ajarkan nilai-nilai kehidupan melalui cerita tersebut. Dongeng seperti "Kancil dan Buaya" atau "Si Kurcaci Baik Hati" dapat mengajarkan anak tentang kecerdikan dan kebaikan hati.
  • Libatkan Anak dalam Cerita
    Ajak anak untuk berimajinasi, mengajukan pertanyaan, atau bahkan membuat akhir cerita sendiri. Ini akan membuat mereka lebih tertarik dan aktif dalam menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.
  • Gunakan Ekspresi dan Intonasi yang Menarik
    Mendongeng dengan penuh ekspresi dan variasi suara akan membuat cerita lebih hidup dan menarik bagi anak. Ini juga dapat meningkatkan daya serap mereka terhadap pesan yang disampaikan.
  • Kurangi Penggunaan Gawai Sebelum Tidur
    Buat aturan untuk membatasi penggunaan gawai di malam hari dan menggantinya dengan aktivitas mendongeng. Hal ini juga membantu meningkatkan kualitas tidur anak karena mereka tidak terpapar cahaya biru dari layar perangkat elektronik.

Kesimpulan dan Penutup

Dongeng sebelum tidur bukan sekadar hiburan, tetapi merupakan salah satu cara terbaik untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada anak. Dengan kebiasaan ini, anak dapat belajar tentang empati, kebaikan, kejujuran, serta pentingnya kerja keras dan tanggung jawab. Lebih dari itu, mendongeng juga memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak serta membantu dalam perkembangan bahasa dan imajinasi anak.

Meskipun tantangan di era modern semakin besar, menghidupkan kembali kebiasaan mendongeng bukanlah hal yang mustahil. Dengan kesadaran dan usaha kecil setiap hari, orang tua dapat menciptakan momen berharga bagi anak-anak mereka dan membangun fondasi karakter yang kuat sejak dini. Mari kita jadikan kembali mendongeng sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari, sehingga anak-anak kita tumbuh dengan karakter yang kuat, penuh empati, dan siap menghadapi masa depan dengan nilai-nilai kehidupan yang baik. Dengan usaha kecil namun konsisten, kita dapat menciptakan perubahan besar dalam kehidupan anak-anak kita. Selamat mendongeng dan membangun karakter generasi masa depan!

 

Daftar Pustaka

  • Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
  • Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
  • Bettelheim, B. (1976). The Uses of Enchantment: The Meaning and Importance of Fairy Tales. New York: Alfred A. Knopf.
  • Suharsaputra, U. (2012). Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi di Sekolah. Bandung: Refika Aditama.
  • Santrock, J. W. (2007). Child Development. New York: McGraw-Hill.

Posting Komentar untuk "Dongeng Sebelum Tidur: Pendidikan Karakter yang Semakin Jarang Dilakukan"