Dilema Etika dan Bujukan Moral
![]() |
Bersalaman, Sumber: www.piqsels.com |
Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.
Dari proses pengalaman kita sehari hari dalam
bekerja di manapun tentu kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal
berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi
dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti
cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi,
tanggung jawab dan penghargaan akan hidup dalam berkehidupan sosial
kemasyarakatan. Dibawah ini sedikit saya berbagi untuk mengurai bagaimana dilema etika dan bujukan
moral itu sendiri.
Paradigma Dilema Etika
Secara umum ada pola, model, atau paradigma
yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah
ini:
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
Dalam paradigma ini ada pertentangan antara
individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana
individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan
pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok
besar.
“Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu
berarti “satu orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya
dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini
dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok
masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah,
sebuah kelompok keluarga, atau keluarga Kita.
Dilema individu melawan masyarakat adalah
bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok
kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru
kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok
membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain
sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus
dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Dalam paradigma ini ada pilihan antara
mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang
ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di
satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di
sisi lain.
Kadang memang benar untuk memegang peraturan,
tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan
untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan
(atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat
berdasarkan rasa kasihan (kebaikan) Misalnya ada peraturan di rumah Kita harus
ada di rumah pada saat makan malam. Misalnya suatu hari Kita pulang ke rumah
terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan kita. Ini dapat menunjukkan
dilema keadilan lawan rasa kasihan, terhadap orang tua Kita. Apakah ada
konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk
makan malam, atau haruskah orang tua kita membuat pengecualian?
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi
nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu
untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung
jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi
berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu,
atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
Hampir dari kita semua pernah mengalami harus
memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang
dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan
kesetiaan.
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah
diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk
saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa
terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level
yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global,
misalnya lingkungan hidup dll.
Orang tua kadang harus membuat pilihan ini.
Contohnya: Mereka harus memilih antara seberapa banyak uang untuk
digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Kita
harus memilih antara bersenang-senang atau melatih instrumen musik atau
berolahraga? Bila iya, Kita telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan
jangka panjang.
Prinsip Dilema Etika
Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Sementara akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. (Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).
Dari kutipan di atas kita bisa menarik
kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari
perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip
yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau
prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu
keputusan yang mengandung unsur dilema etika.
Berikut ada 3 (tiga) pernyataan dalam sebuah
kasus ketika akan mengambil keputusan:
1.
Melakukan, demi kebaikan orang banyak.
2.
Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Kita.
3.
Melakukan apa yang Kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Kita.
Selama ini pada saat mengambil keputusan, lkitasan
pemikiran kita memiliki kecenderungan pada prinsip nomor 1, 2, atau 3?
Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung
pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada
prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling
sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang
seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang
harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip
tersebut adalah:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Berikut 9 langkah Pengambilan Keputusan
Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah
disusun secara berurutan untuk memandu kita dalam mengambil keputusan pada
situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang
bertentangan.
Langkah 1.
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam situasi ini.
Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah
langkah yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah
ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan,
alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama.
Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah
yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan
dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang
mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat
membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita
akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila
kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali
aspek-aspek permasalahan etika lagi.
Langkah 2.
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
ini.
Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah
moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang
seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan.
Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya
merasa terpanggil.
Langkah 3
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini.
Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan
data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi
tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa
berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting
untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat
teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data
yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan
kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga
penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan
terjadi di waktu yang akan datang.
Langkah 4
Pengujian benar atau salah, meliputi:
a. Uji Legal
Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah
apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya
adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara
benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum
atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.
b. Uji Regulasi/Stkitar Profesional
Bila dilema etika tidak memiliki aspek
pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode
etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber
beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli
potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Kita tidak bisa dihukum
karena melanggar kode etik profesi kita, tapi kita akan kehilangan respek
sehubungan dengan profesi Kita.
c. Uji Intuisi
Langkah ini mengkitalkan tingkatan perasaan
dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini.
Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat kita merasa dicurigai.
Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan
dengan nilai-nilai yang kita yakini. Walaupun mungkin kita tidak bisa dengan
jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk
banyak orang, sangat umum dan bisa dikitalkan untuk melihat dilema etika yang
melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
d. Uji Halaman Depan Koran
Apa yang Kita akan rasakan bila keputusan ini
dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Kita anggap
merupakan ranah pribadi Kita tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Kita
merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Kita
sedang menghadapi dilema etika.
e. Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, kita akan membayangkan apa
yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan kita, misalnya ibu kita.
Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu kita, namun keputusan apa yang
kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi kita
dan orang yang sangat berarti bagi lingkungan kita.
Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan
tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:
Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir
berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak
bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang
mendalam.
Uji halaman depan koran, sebaliknya,
berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking)
yang mementingkan hasil akhir.
Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip
berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking),
di mana ini berhubungan dengan golden rule yang
meminta Kita meletakkan diri Kita pada posisi orang lain.
Bila situasi dilema etika yang Kita hadapi,
gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka
sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau
merugikan diri Kita karena situasi yang Kita hadapi bukanlah situasi moral
dilema, namun bujukan moral.
Langkah 5
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma
mana yang terjadi di situasi ini?
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini
bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus
kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai
inti kebajikan yang sama-sama penting.
Langkah 6
Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang
akan dipakai?
o Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
o Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
o Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Langkah 7
Investigasi Opsi Trilema
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah
ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah
penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul
di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah
Langkah 8
Buat Keputusan
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana
kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk
melakukannya.
Langkah 9
Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Posting Komentar untuk "Dilema Etika dan Bujukan Moral"