Apa Perbedaan Penelitian Tindakan dan Non-Tindakan ?
Pengertian Penelitian Tindakan
Istilah penelitian tindakan (action research)
berasal dari karya Kurt Lewin tentang dinamika sosial di Amerika pada tahun
1940-an. Menurut Lewin, karakteristik utama penelitian tindakan adalah pihak
yang menjadi sasaran perubahan bertanggung jawab atas arah tindakan yang
cenderung mengarah pada perbaikan dan bertanggung jawab untuk mengevaluasi
hasil dari strategi atau metode yang digunakan dalam praktik.
Penelitian tindakan yang dikembangkan di suatu
negara dapat berbeda perkembangannya dengan penelitian tindakan yang
dikembangkan di negara lain. Namun, prinsip dasarnya tetap sama. Gagasan
direktur pendidikan Amerika Latin Paolo Freire tentang pendidikan sebagai
praktik yang membebaskan terkait erat dengan kegiatan penelitian tindakan.
Tujuan model pendidikan adalah pembebasan rakyat tertindas di Amerika Latin. Di
Indonesia dikenal istilah kaji tindak, yang juga merupakan salah satu bentuk
dari penelitian tindakan. Kaji tindak di Indonesia dilakukan sebagai bagian dari
program Inpres Desa Tertinggal, yang bertujuan membebaskan masyarakat dari
kemiskinan.
Stephen Corey menggunakan model penelitian
tindakan Lewin dalam pendidikan dan mengajak para guru untuk bertindak sebagai
peneliti di kelas mereka sendiri. Menurutnya, saat melakukan penelitian
tindakan, guru tidak boleh terpengaruh oleh pemikiran orang lain yang
“dipaksakan” kepadanya. Dengan kata lain, guru menjadi “ahli” di bidangnya, dan
merupakan entitas yang paling menguasai dunianya dan mengetahui bagaimana
menghadapi hal-hal yang tidak baik di dunianya (yakni bidang pendidikan dan
pengajaran). Salah satu cara untuk memahami dan memperbaiki dunia mereka adalah
melalui penelitian tindakan, karena penelitian tindakan berarti menyelidiki
kebiasaan atau praktik sehari-hari.
Penelitian tindakan adalah mempelajari situasi
sosial dengan tujuan meningkatkan kualitas aktivitas di dalarnnya. Meninjau,
mendiagnosis, merencanakan, menerapkan, memantau, dan memengaruhi keseluruhan
proses rnenciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dan
pengembangan profesional (administrator) untuk membuat keputusan tentang
masalah lokal di sekolah.
Menurut Kemmis, tujuan penelitian tindakan
adalah untuk meningkatkan tiga hal, yaitu :
1) meningkatan pelatihan,
2) meningkatkan pemaharnan praktik (atau
pengembangan profesional) oleh praktisinya, dan
3) meningkatkan efektivitas pelatihan.
(Mansurdin & Yurnetti, 1999).
Keunggulan Penelitian Tindakan
Adapun keunggulan
dari penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:
a) proses penelitian tindakan, diawali dengan
penemuan masalah, perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi, dilakukan
atau dialami sendiri oleh peneliti, sehingga timbul rasa kepemilikan melalui
kerja sama dalam penelitian tindakan,
b) penelitian tindakan biasanya dilakukan
secara kolaborasi (kerjasama) antara elemen yang saling berhubungan (dosen,
mahasiswa, para administrator), kolaborasi ini rnendorong partisipasi yang
lebih besar dalam semua kegiatan penelitian,
c) action research biasanya hanya berfokus
pada masalah lokal, sehingga pemilihan sampel lebih mudah dan pengolahan data
berhasil, tidak memerlukan statistik yang rumit,
d) hasil penelitian dapat langsung digunakan
atau dimanfaatkan olch peneliti sendiri. Studi tentang perlakuan tertentu dan
pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang sedang diteliti,
e) bertujuan untuk mengubah, memperbaiki,
meningkatkan kualitas prilaku,
f) menghilangkan aspek negatif dari prilaku yang sedang diteliti,
g) mengkaji masalah praktis yang bersifat situasional dan kontekstual,
h) memilih tahapan yang tepat dalam memecahkan masalah,
i) biasanya dilakukan dengan kerjasama antara peneliti dengan subjek
yang diteliti melalui proses evaluasi diri.
Pengertian Penelitian Non-Tindakan
Penelitian non-tindakan (non-experimental
research) adalah jenis penelitian yang tidak melibatkan intervensi atau kontrol
aktif variabel oleh peneliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengamati, menjelaskan dan memahami fenomena alam dalam konteks yang ada. Tidak
seperti penelitian tindakan, di mana peneliti memodifikasi atau campur tangan
dalam variabel tertentu untuk menguji hipotesis atau menemukan solusi masalah,
penelitian non tindakan berfokus pada observasi dan analisis data yang ada.
Berikut adalah beberapa contoh penelitian
non-tindakan.
1) Penelitian deskriptif: Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik,
perilaku, atau fenomena tertentu. Misalnya survei pola makan masyarakat di
suatu wilayah atau analisis demografi penduduk kota.
2) Penelitian Kualitatif: Penelitian
kualitatif mengumpulkan dan menganalisis data berupa wawancara, observasi, atau
materi tekstual untuk memahami pengalaman, sikap, atau persepsi individu atau
kelompok tertentu. Misalnya melihat pengalaman hidup masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil.
3) Analisis data sekunder: Penelitian ini
menggunakan data yang dikumpulkan dari orang lain untuk melakukan analisis,
atau untuk menjawab pertanyaan penelitian baru. Misalnya, kami menggunakan
sensus dan data survei yang tersedia secara publik untuk mengidentifikasi tren
dan pola tertentu.
4) Studi Komparatif: Studi ini membandingkan
dan menganalisis perbedaan atau kesamaan antara dua atau lebih kelompok,
entitas, atau fenomena. Misalnya, bandingkan sistem pendidikan dua negara untuk
melihat perbedaan pendekatan dan hasil.
5) Studi Kasus: Studi ini menganalisis satu
atau lebih kasus tertentu secara rinci untuk memahami fitur, proses, atau efek
dari suatu fenomena. Misalnya, studi kasus tentang dampak perubahan kebijakan
pemerintah terhadap industri tertentu.
Penelitian non-behavioral memiliki keunggulan
untuk menggambarkan situasi nyata, mencari pemahaman yang lebih dalam, dan
memberikan informasi yang berharga untuk pengembangan teori dan pembuatan
kebijakan. Namun, penelitian ini juga memiliki keterbatasan, seperti sulitnya
mengontrol variabel eksternal dan mengekstrapolasi hasilnya ke populasi umum.
Apakah Perbedaan PTK dengan Penelitian Formal ?
Selain meningkatkan mutu proses pembelajaran,
PTK juga bermaksud untuk meningkatkan unjuk kerja guru. Pewaris langsung dari
PTK adalah para murid. Ini berarti bahwa indikator-indikator keberhasilan yang
relevan adalah prilaku siswa, baik dalam arti respons siswa terhadap perlakuaan
pembelajaran maupun kinerja pembelajaran siswa. Oleh karena itu, PTK harus
dapat memberi tekanan terhadap kedua tujuan tersebut.
Di pihak lain, apabila dilihat dalam konteks
yang lebih luas dan dalam kurun waktu yang lebih panjang, dapat membuahkan
dampak dalam bentuk perbaikan praksis karena diramu ke dalam format
pembelajaran yang utuh. Artinya, intervensi terhadap proses pembelajaran
sebagaimana diamanatkan dalam PTK hanya mungkin terwujud apabila intervensi
terhadap satu atau lebih elemen yang disebutkan di atas diwujudkan dalam bentuk
skenario pembelajaran yang berbeda dari yang sebelumnya telah mapan
dilaksanakan sehingga berdampak mengubah kurikulum eksperiensial yang dihayati
siswa.
PTK juga merupakan wujud pengembangan
kurikulum atau perangkat lunak pembelajaran yang dirancang untuk mengatasi
kelemahan pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan agar pembelajaran
dapat berlangsung secara lebih eksplisit dan sistematis. Artinya, keseluruan
proses perbaikan kinerja dilakukan dengan mengacu pada kaidah-kaidah penelitian
ilmiah seperti telah dikemukakan di depan, meskipun tentu saja dengan
menggunakan paradigma yang berbeda dari yang lazim diberlakukan dalam
penelitian formal, khususnya paradigma positivistik (kuantitatif) yang sangat
kental dengan wacana kajian eksperimental, sedangkan penyebarluasan laporannya
dilakukan sebagai bagian dari interaksi serta tilik kesejawatan (peer review)
yang kondusif bagi pertumbuhan profesional. Dengan kata lain, PTK adalah suatu
reflective practice made public.
Dalam hubungan demikian, guru yang
berkolaborasi dalam PTK harus mengemban peran ganda: sebagai praktisi yang
dalam pelaksanaan tugas- tugas kesehariannya juga sekaligus secara sistematis
meneliti praksisnya sendiri. Sebagaimana telah disyaratkan sebelumnya, apabila
PTK dapat terlaksana dengan baik, maka exercise ini akan memberi urunan atau
kontribusi nyata bagi terbentuknya kultur meneliti di kalangan guru. Hal ini
tentu sebagai suatu langkah strategis dalam meningkatkan profesionalisme
jabatan guru. Juga berarti bahwa "pelecehan profesi" dalam bentuk
penyediaan jasa borongan untuk "membuatkan daftar angka kredit" dalam
rangka proses kenaikan pangkat fungsional guru yang menggejala belakangan ini,
dapat diakhiri untuk selama-lamanya.
Adapun beberapa perbedaan PTK dengan non-PTK
apabila ditinjau dari Dimensinya,dapat dilihat dalam table berikut ini.
Aspek |
PTK |
Non PTK |
Peneliti |
Guru
|
Orang
Luar |
Rencana Peneliti |
Dilakukan guru dengan
pihak luar sebagai supporting oleh peneliti. |
Oleh
Peneliti |
Munculnya Masalah |
Guru
yang mampu merasakan (mungkin dengan bantuan orang luar). |
Dirasakan
Oleh Pihak Luar. |
Ciri Utama |
Dibutuhkan
tindakan yang berulang untuk Perbaikan |
Tindakan
perbaikan belum tentu ada |
Peran Guru |
Guru
Sekaligus Peneliti |
Objek
penelitian. |
Target Penelitian |
Kelas
|
Dimanapun
|
Proses Pengumpulan data |
Dilakukan
Guru sendiri dan teman sejawat membantu |
Peneliti
|
Hasil Penelitian |
Guru
memanfaatkan hasil penelitian yang dilakukan |
Menjadi
milik peneliti |
Kesimpulan
Penelitian tindakan adalah mempelajari situasi
sosial dengan tujuan meningkatkan kualitas aktivitas di dalarnnya. Meninjau,
mendiagnosis, merencanakan, menerapkan, memantau, dan memengaruhi keseluruhan
proses rnenciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dan
pengembangan profesional (administrator) untuk membuat keputusan tentang
masalah lokal di sekolah.
Penelitian non-tindakan (non-experimental
research) adalah jenis penelitian yang tidak melibatkan intervensi atau kontrol
aktif variabel oleh peneliti. Penelitian non
tindakan berfokus pada observasi dan analisis data yang ada.
Guru yang berkolaborasi dalam PTK harus
mengemban peran ganda: sebagai praktisi yang dalam pelaksanaan tugas- tugas
kesehariannya juga sekaligus secara sistematis meneliti praksisnya sendiri.
Sebagaimana telah disyaratkan sebelumnya, apabila PTK dapat terlaksana dengan
baik, maka exercise ini akan memberi urunan atau kontribusi nyata bagi
terbentuknya kultur meneliti di kalangan guru. Hal ini tentu sebagai suatu
langkah strategis dalam meningkatkan profesionalisme jabatan guru.
Sumber : Jurnal Kreativitas Mahasiswa Vol. 1, No. 3 221-230. Perbedaan
Penelitian Tindakan dan Non-Tindakan. Diakses 3/9/23 9:57
Posting Komentar untuk "Apa Perbedaan Penelitian Tindakan dan Non-Tindakan ?"