Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memaknai "Kasta Guru"

kasta guru

MEMAKNAI KASTA GURU

By : Sri Wiyanti (Tangga Monta, 15 Mei 2024)

Beberapa waktu lalu sempat viral ucapan seseorang yang mengatakan bahwa kasta tertinggi guru bukanlah guru ASN, bukan guru P3K, bukan guru yang ahli IT, bukan pula yang rajin mengisi PMM, bukan Guru Penggerak. Tapi guru yang dirindukan kehadirannya di kelas oleh siswa-siswanya.

Dari segi penggunaan istilah 'KASTA' saja sudah tidak pas dengan profesi guru. Kasta itu merupakan stratifkasi lapisan sosial dalam masyarakat. Lebih mengacu pada hak-hak dan peribadatannya sebagai umat beragama. Sifatnya juga tertutup, tidak dapat dirubah dengan mudah untuk berada pada kasta tertentu. Sementara predikat guru profesional itu didapat melalui proses pendidikan dan proses belajar yang terbuka untuk siapa pun. Tanpa memandang bulu.

Menjadi guru yang dirindukan kehadirannya oleh siswa-siswi tidak juga serta merta didapatkan tanpa proses belajar. Bahkan butuh belajar sepanjang hayat untuk dapat meraihnya. Siswa-siswi merindukan kehadiran gurunya di kelas tentu ada sebabnya. Ada oleh-oleh menyenangkan yang dibawa sebagai daya tariknya. 

Oleh-oleh ini bisa berupa karakter dan akhlak terpuji dari gurunya. Atau kreativitas dan inovasinya dalam pembelajaran. Hanya guru pembelajar yang dapat memilikinya. Guru-guru yang merasa haus akan ilmu pengetahuan sesuai perkembangan zamannya. 

Sulit dipungkiri, semangat juang guru-guru ASN dalam mengajar itu lebih tinggi dibanding yang lain, karena menyadari nominal gaji yang sudah diterima. Kecuali di sekolah yang tidak ada guru ASNnya baru setara semangat pengabdian guru-gurunya. 

Menjadi guru ahli IT memang tidak serta merta membuat seseorang kreatif dan inovatif ketika berhadapan dengan siswa-siswinya. Tapi untuk merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif, keahlian dalam bidang IT memiliki peran penting apalagi di zaman yang serba canggih ini. Coba lihat kenyataan di sekolah-sekolah, guru-guru yang paham IT ini banyak yang dimintai bantuan oleh rekan-rekan sejawatnya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai guru. 

Belum lagi bicara Guru Penggerak, belajarnya sungguh-sungguh. Gak cukup teori, harus ada aksi nyata dari setiap rangkaian proses pendidikan yang dilaluinya. Meski bukan segalanya, namun yang jelas guru-guru penggerak ini adalah orang yang mau belajar dan memberikan porsi waktu lebih untuk itu. Program guru penggerak masih menjadi sarana belajar yang sangat tepat bagi guru-guru yang ingin terus bertransformasi sesuai tuntutan zaman.

Semua tahapan tersebut akan menjadi bekal dan oleh-oleh menyenangkan bagi siswa-siswi di kelas. Mana mungkin dinantikan siswa-siswanya jika hanya bisa senyam-senyum, cengengesan, lemah dalam teori, tak ada inovasi dan jauh dari menginspirasi.


Sri Wiyanti

Tangga Monta, 15 Mei 2024


Sumber : facebook.com/Sri Wiyanti Ummu Khansa

Posting Komentar untuk "Memaknai "Kasta Guru""