Webinar Serentak IGI NTB Mengangkat Tema : Pencegahan Tindak Kekerasan di Sekolah, Menciptakan Rasa Aman dan Nyaman bagi Siswa”
Mataram- Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional (HGN) 2024 sekaligus HUT ke-15 Ikatan Guru Indonesia (IGI), Pusdiklat IGI bersama IGI Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyelenggarakan webinar bertajuk “Pencegahan Tindak Kekerasan di Sekolah: Menciptakan Rasa Aman dan Nyaman bagi Siswa”.
Webinar ini kembali diadakan pada Sabtu, 30 November 2024, pukul 14.00 hingga 17.00 WITA, melalui zoom dan dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai wilayah. Kegiatan ini bertujuan memberikan edukasi sekaligus solusi konkret dalam menangani dan mencegah tindak kekerasan di lingkungan pendidikan.
Acara ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Wilayah IGI NTB, Nengah Istiqomah, M.Pd. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa peringatan Hari Guru Nasional bukan hanya momentum untuk mengenang jasa guru, tetapi juga menjadi refleksi untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
Beliau menyampaikan bahwa guru memiliki peran strategis dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi siswa. “Kita harus bekerja sama dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari kekerasan. Ini adalah tanggung jawab kita semua—guru, masyarakat, dan pemerintah—untuk memastikan bahwa sekolah menjadi tempat yang aman dan menyenangkan bagi siswa,” ujar Nengah Istiqomah.
Webinar ini menghadirkan dua narasumber ahli, yaitu Istiqomah, M.Pd, seorang pendidik berpengalaman dari SMAN 5 Mataram, dan Dr. Lalu Yulhaidir, M.Psi, Psikolog, seorang akademisi sekaligus praktisi psikologi yang telah lama berkecimpung dalam isu-isu pendidikan. Kegiatan ini dipandu oleh moderator Bq. Tri Wahyuni, S.Pd, serta host Rina Sudayati, S.Pd, yang menciptakan suasana diskusi yang interaktif dan inspiratif.
Istiqomah, M.Pd, dalam pemaparannya, menyoroti pentingnya penerapan Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2024 yang mengatur pencegahan tindak kekerasan di satuan pendidikan. Ia menjelaskan bahwa aturan ini memberikan panduan bagi sekolah untuk membangun sistem perlindungan terhadap siswa. Namun, pemahaman terhadap aturan saja tidak cukup.
"Kita tidak cukup hanya memahami aturan, tetapi harus benar-benar mengimplementasikannya di lapangan. Upaya ini membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak," tegas Istiqomah. Ia juga menekankan bahwa menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga pemerintah daerah dan Kemendikbudristek.
Lebih lanjut, Istiqomah menjelaskan tiga langkah utama untuk mencegah kekerasan di sekolah, yaitu melalui tata kelola yang baik, edukasi kepada semua pemangku kepentingan, dan penyediaan sarana serta prasarana yang mendukung.
"Sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas, memberikan pelatihan kepada guru, siswa, dan orang tua, serta memastikan fasilitas sekolah mendukung terciptanya suasana yang kondusif," tambahnya.
Dalam closing statement-nya, beliau mengajak para peserta untuk bersama-sama menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas kekerasan demi masa depan generasi penerus yang lebih baik.
Sementara itu, Dr. Lalu Yulhaidir, M.Psi, Psikolog, membahas berbagai tantangan dalam implementasi kebijakan pencegahan kekerasan, terutama di sekolah-sekolah dengan jumlah siswa yang besar. Menurutnya, sekolah dengan jumlah siswa lebih dari 400 orang menghadapi tantangan yang lebih kompleks dibandingkan sekolah kecil.
"Menciptakan perhatian individual di sekolah besar tentu lebih sulit dibandingkan di sekolah kecil. Namun, hal ini tidak berarti kita menyerah, melainkan memerlukan strategi yang tepat," ujarnya.
Ia juga menyoroti bahwa banyak guru yang merasa kesulitan dalam menerapkan konsep pendidikan positif karena belum memahami filosofi dasarnya.
“Sering kali, guru merasa terancam oleh kebijakan pendidikan berbasis siswa karena dianggap memanjakan siswa atau mengurangi otoritas guru. Padahal, filosofi pendidikan positif bertujuan untuk menciptakan hubungan yang sehat antara guru dan siswa,” jelas Dr. Lalu Yulhaidir.
Ia mengajak peserta untuk lebih banyak merefleksikan peran masing-masing dalam mencegah kekerasan di sekolah dan berkontribusi menciptakan suasana belajar yang inklusif.
Selain edukasi dan pemahaman kebijakan, Dr. Lalu Yulhaidir juga menekankan pentingnya penerimaan terhadap perubahan. Menurutnya, perubahan pola pikir merupakan langkah awal dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman.
“Kita perlu membuka diri terhadap ide-ide baru, termasuk konsep pendidikan positif, agar kita bisa memberikan yang terbaik bagi siswa,” pungkasnya dalam closing statement.
Webinar ini memberikan wawasan mendalam kepada para peserta mengenai langkah-langkah strategis dalam mencegah tindak kekerasan di sekolah, termasuk melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan, edukasi yang berkelanjutan, dan implementasi kebijakan yang konsisten.
Dengan antusiasme peserta yang tinggi, acara ini menjadi bukti nyata komitmen IGI dalam mendukung terciptanya sekolah yang bebas dari kekerasan dan berorientasi pada kenyamanan siswa.
Webinar ini menjadi momentum refleksi sekaligus inspirasi bagi para pendidik untuk terus berinovasi dan menjunjung nilai-nilai positif dalam mendidik generasi penerus bangsa. (Ruslan Wahid/Bid. IT IGI NTB)
Posting Komentar untuk "Webinar Serentak IGI NTB Mengangkat Tema : Pencegahan Tindak Kekerasan di Sekolah, Menciptakan Rasa Aman dan Nyaman bagi Siswa”"