Angkat Tema "Peluang Beasiswa Luar Negeri 2025", IGI NTB Adakan Webinar Kolaborasi dengan Komunitas Samawa Barema
Acara yang berlangsung pukul 15.30–17.30 WITA ini
menghadirkan dua narasumber inspiratif yang telah menorehkan prestasi sebagai
penerima beasiswa internasional yakni ibu Aprilia Roselani, Guru SMKN 1
Plampang, penerima Beasiswa Shortcourse Aus4Asean di Australia dan ibu Tri
Kurniawaty, Guru SMAN 2 Sumbawa, penerima Beasiswa MEXT Teacher Training di
Jepang selama 1,5 tahun.
Webinar ini dibuka oleh Ketua Wilayah IGI NTB, Ibu Nengah
Istiqomah, M.Pd, yang memberikan sambutan penuh motivasi. Beliau menyampaikan
apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam menyelenggarakan
kegiatan ini. Dalam sambutannya, Ibu Nengah menekankan pentingnya keberanian
dan semangat belajar bagi para guru.
“Di era globalisasi ini, kesempatan untuk meningkatkan
kompetensi melalui pendidikan internasional harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Webinar ini diharapkan menjadi awal bagi para guru NTB untuk berani
bermimpi besar dan mengambil langkah nyata,” ujar Nengah.
Menurutnya berbagai tantangan yang dihadapi guru dalam
mengakses informasi beasiswa, seperti keterbatasan akses teknologi dan
informasi. “Kami di IGI NTB berkomitmen untuk mendukung para guru melalui
penyediaan informasi, pelatihan, dan jaringan yang bisa membantu mereka
menggapai peluang-peluang internasional. Mari kita jadikan kesempatan ini
sebagai momentum untuk berbenah dan bersiap menuju pendidikan berkualitas
global,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ibu Nengah juga menyampaikan
harapannya agar para peserta tidak hanya terinspirasi, tetapi juga mampu
mempraktikkan ilmu yang diperoleh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
daerah masing-masing.
Dalam pemaparan narasumber pertama ibu Aprilia Roselani, Guru SMKN 1 Plampang, penerima Beasiswa Shortcourse Aus4Asean di Australia. Ia memaparkan pengalamannya mengikuti program shortcourse di Australia yang berlangsung selama dua minggu. Beasiswa ini mencakup seluruh biaya, termasuk tiket pesawat, akomodasi, tunjangan harian, dan biaya pelatihan.
“Program ini tidak hanya memberikan wawasan tentang sistem
pendidikan dan teknologi di Australia, tetapi juga mengasah kemampuan bahasa
Inggris dan membangun jaringan internasional,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa beasiswa ini memiliki proses seleksi
yang terstruktur, mulai dari pendaftaran online hingga wawancara. “Saat mengisi
esai, penting untuk menunjukkan motivasi yang kuat, bagaimana program ini
relevan dengan pekerjaan kita, dan dampak yang ingin kita ciptakan setelah
mengikuti pelatihan,” tambahnya. Ibu Aprilia menekankan bahwa keberanian untuk
mencoba adalah langkah awal yang sangat penting.
Selama program, Ibu Aprilia mengaku mendapatkan pengalaman
berharga, termasuk kunjungan ke berbagai institusi pendidikan dan pelatihan di
Australia. Salah satu tempat yang dikunjungi adalah Queensland University of
Technology, di mana beliau belajar tentang teknologi pendidikan terkini. Selain
itu, kunjungan ke pusat pelatihan kejuruan seperti TAFE Queensland memberikan
wawasan tentang bagaimana pendidikan berbasis keterampilan dapat diterapkan di
Indonesia.
“Kami juga diajak untuk berdiskusi dengan para praktisi
senior dari berbagai bidang, termasuk tenaga pengajar dan pelaku industri.
Diskusi ini membuka pandangan saya tentang pentingnya kolaborasi antara
pendidikan dan dunia kerja,” ungkapnya. Ia menceritakan bagaimana pengalaman
hidup di Australia meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menggunakan bahasa
Inggris dan berinteraksi dengan peserta dari berbagai negara.
Selain pelatihan, peserta juga diajak untuk menjelajahi budaya lokal. Tak lupa Ibu Aprilia berbagi kisah tentang kunjungannya ke destinasi wisata seperti Gold Coast dan pengalaman menikmati paduan musik klasik di Brisbane. “Pengalaman ini tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga memberikan inspirasi untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik bagi siswa saya di Indonesia,” tutupnya.
Sementara pemaparan narasumber kedua tak kalah menarik dari pengalamannya yang dialami ibu Tri Kurniawaty, Guru SMAN 2 Sumbawa, penerima Beasiswa MEXT Teacher Training di Jepang selama 1,5 tahun.
Dalam pemaparannya, Ibu Tri menjelaskan detail tentang
Beasiswa MEXT (Monbukagakusho) yang diberikan oleh pemerintah Jepang. Beasiswa
ini dirancang khusus untuk guru yang ingin meningkatkan kompetensi profesional
melalui pelatihan intensif di Jepang. Beliau berbagi pengalaman dari proses
seleksi hingga kehidupannya di Hiroshima, tempat beliau menjalani pelatihan.
“Proses seleksi MEXT cukup ketat, dimulai dari pengumpulan
dokumen, tes tulis, hingga wawancara. Salah satu kunci keberhasilan adalah
menunjukkan komitmen yang kuat dalam bidang pendidikan dan kemampuan untuk
berkontribusi setelah kembali ke tanah air,” ungkapnya.
Ia mengaku pentingnya adaptasi budaya dan penguasaan bahasa.
Selama enam bulan pertama, penerima beasiswa diwajibkan mengikuti kursus bahasa
Jepang intensif. “Meskipun saya seorang guru bahasa Jepang, tantangan tetap
ada. Namun, pengalaman ini sangat memperkaya dan membuka wawasan baru,” akunya.
Selain itu, Tri berbagi tentang kehidupan sehari-hari di
Jepang yang penuh dengan tantangan dan pembelajaran. Ibu Tri menyoroti
bagaimana sistem pendidikan Jepang yang sangat disiplin dan berorientasi pada
praktik dapat menjadi inspirasi bagi sistem pendidikan di Indonesia.
“Saya belajar banyak dari cara Jepang mengintegrasikan
teknologi dalam pembelajaran, serta bagaimana mereka mendidik siswa untuk
menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab,” jelasnya.
Selama program, Ibu Tri juga aktif mengikuti seminar dan
workshop yang membahas isu-isu terkini dalam dunia pendidikan, seperti
implementasi SDGs (Sustainable Development Goals) di sektor pendidikan.
“Semua kegiatan ini memberikan saya wawasan baru tentang
bagaimana pendidikan dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Saya
berharap dapat menerapkan konsep-konsep ini di sekolah saya,” pungkasnya.
Pengalaman interaksi dengan guru-guru dari berbagai negara
juga menjadi poin penting yang disampaikan oleh Ibu Tri. “Diskusi dengan
rekan-rekan dari negara lain memberikan perspektif baru tentang tantangan dan
solusi dalam dunia pendidikan. Saya merasa sangat termotivasi untuk terus
belajar dan berbagi ilmu ini dengan kolega di Indonesia,” tuturnya.
Untuk diketahui Kegiatan webinar ini dipandu oleh Host Hj.
Hidmi Gramatolina Ramdhayani, dengan moderator Eris Nurhayati, M.Pd, serta
dukungan teknis dari Ruslan Wahid, S.Pd. Sesi diskusi menjadi momen yang sangat
dinantikan, di mana peserta dapat bertanya langsung kepada narasumber. Pertanyaan
yang diajukan mencakup strategi menulis esai, tips menghadapi wawancara, hingga
pengalaman hidup di luar negeri.
Menjadi harapan dari Webinar semoga menjadi langkah awal
untuk meraih peluang bagi guru-guru untuk berani mencoba dan memanfaatkan
peluang beasiswa luar negeri, demi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Kontributor : Ruslan Wahid, ST
Editor : Admin
Posting Komentar untuk "Angkat Tema "Peluang Beasiswa Luar Negeri 2025", IGI NTB Adakan Webinar Kolaborasi dengan Komunitas Samawa Barema "