Mentalitas Menuju Kesuksesan: 7 Prinsip Orang Kaya Ajarkan pada Anak, Mayoritas Ortu Tak Pernah Melakukannya

IGI NTB - Keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh nasib baik atau pewarisan harta saja, melainkan juga dipengaruhi oleh cara berpikir serta kebiasaan yang terbentuk sejak awal.
Banyak orangtua cenderung mengutamakan pendidikan formal dan prestasi akademik yang baik di sekolah, namun keluarga dengan kondisi ekonomi mapan menyadari bahwa keberhasilan sesungguhnya melibatkan hal-hal lain selain itu.
Prinsip-prinsip hidup ditanamkan kepada mereka untuk membangun mentalitas anak-anak sehingga dapat menghadapi dunia dengan keyakinan diri, berani mencari kesempatan, serta memiliki pemahaman yang lebih luas terkait finansial dan kehidupan secara umum.
Berikut adalah hal-hal yang membuat mereka unik dibandingkan dengan mayoritas orangtua lainnya. Apa sajakah pembelajaran berharga yang disampaikan oleh keluarga berkemampuan finansial tinggi kepada anak-anak mereka sejak usia muda?
Berdasarkan artikel di Small Biz Technology pada hari Jumat (4/4), ini adalah tujuh pelajaran yang sering diberikan orang kaya kepada anak-anak mereka dan kurang umum dipraktekkan oleh kebanyakan orangtua.
1. Mereka Mengajarkan Anak-Anak Tentang Uang Sejak Kecil
Banyak orangtua enggan membahas masalah keuangan dengan anak-anak mereka, baik karena berpikir bahwa subjek ini terlalu kompleks atau khawatir akan menimbulkan rasa cemas pada si anak.
Namun, keluarga berada malah melakukan hal yang bertolak belakang. Mereka menilai pengelolaan uang adalah suatu kemampuan hidup yang perlu dipelajari sejak usia muda, mirip dengan pembelajaran membaca dan berhitung.
Mereka membiasakan anak-anak mereka dengan prinsip-prinsip keuangan dasar, termasuk pengaturan simpanan uang, pemahaman terhadap biaya-biaya sehari-hari di rumah, dan signifikansinya dalam berinvestasi.
Tidak hanya itu, sejumlah orangtua yang memiliki harta melimpah juga membahas tentang pengaturan finansial keluarga dengan anak-anak mereka supaya para keturunan tersebut memahami proses pemasukan serta pemakaian uang.
Dengan pendekatan ini, anak-anak tumbuh dengan pemahaman yang baik tentang uang dan tidak merasa canggung saat harus mengelola keuangan sendiri di masa depan.
2. Mereka Menanamkan Pandangan bahwa Sumber Daya Alam Tak Terhingga
Banyak individu menjalani hidup dengan keyakinan bahwa sumber daya, finansial, serta peluang bersifat terbatas. Karena alasan ini, mereka sering kali mengkhawatirkannya jika akan kehilangan sesuatu atau tertinggal dari yang lainnya.
Namun, keluarga berkecukupan mendidik putra-putri mereka dengan mindset kemapanan, yakni keyakinan bahwa terdapat kesempatan segar apabila seseorang bersedia untuk menemukan dan memanfaatkannya.
Dengan pola pikir seperti itu, mereka tidak cenderung iri atau merasa ancaman karena keberhasilan oranglain.
Sebaliknya, mereka cenderung lebih menerima peluang, lebih inovatif dalam menemukan jawaban, serta lebih nekat ketika memutuskan tindakan demi meraih sasaran. Sikap mental ini pun mendukung mereka agar selalu rileks dan positif sewaktu bertemu dengan hambatan sepanjang perjalanan hidup.
3. Mereka Menginternalisasi Sikap Seorang Pengusaha, Bukan Hanya Karyawan
Dalam banyak famili, anak-anak diperkenalkan dengan gagasan bahwa keberhasilan berasal dari mendapatkan profesi yang bagus dan tetap. Akan tetapi, bagi keluarga-keluarga berada, mereka menyampaikan pemikiran alternatif.
Mereka tak sekadar mendidik anak-anak cara mencari pekerjaan, tapi juga membantu mereka memahami bagaimana membuat sumber pendapatan pribadi.
Para anak diajak untuk mempelajari ide dasar tentang kepemilikan perusahaan, berinvestasi, serta bagaimana merancang agar suatu hal dapat berkembang menjadi lebih luas.
Sebaliknya dari hanya memikirkan upah, mereka diajak untuk menemukan kesempatan yang dapat memberikan penghasilan jangka panjang.
Dengan mindset seperti itu, anak-anak cenderung menganggap dunia sebagai suatu tempat yang kaya akan peluang, bukan hanya sebatas lokasi untuk berkarier dan mendapatkan penghasilan setiap bulannya.
4. Mereka Menyingkirkan Prasangka Gagal
Dalam berbagai keluarga, gagal seringkali dipandang sebagai hal yang memalukan dan perlu dielakkan semaksimal mungkin. Namun demikian, keluarga-keluarga dengan kondisi ekonomi baik malah menekankan bahwa kegagalan merupakan elemen esensial dalam rangka pembelajaran.
Mereka menyampaikan ide bahwa semua orang tentu pernah mengalami kegagalan, namun hal yang jauh lebih berarti adalah cara seseorang untuk membangun dirinya kembali setelah itu.
Mereka mendorong anak-anaknya untuk menganggap kegagalan sebagai peluang bagi refleksi pribadi serta mencari pendekatan alternatif.
Dengan metode ini, mereka tidak merasa ragu untuk menjajaki sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya ataupun menemui hambatan berarti, lantaran mereka memahami bahwa gagal bukanlah titik penghentian bagi semua usaha, tetapi justru sebuah gerakan mendekati pencapaian prestasi yang semakin gemilang.
5. Mereka Memulai Pendidikan Keuangan Sejak Usia Dini
Banyak orangtua biasa hanya memberikan pelajaran kepada anak-anaknya tentang menyimpan uang, namun keluarga berada malah pergi lebih jauh dengan mendidik konsep finansial yang lebih komprehensif.
Mereka mengenalkan ide tentang berinvestasi, perpajakan, hutang, serta cara uang dapat bertumbuh dengan menggunakan bunga majemuk dan metode finansial lainnya.
Mereka juga biasanya mengajak anak-anaknya untuk membaca laporan ekonomi, menyimak perkembangan pasar, atau malah mencoba melakukan investasi skala kecil supaya anak-anak bisa terbiasa merencanakan dan memegang kendali atas pengaturan uang dengan cara yang bijaksana.
Dengan pemahaman ini, buah hati mereka nantinya tidak akan merasa kaget atau bingung ketika perlu mengatur keuangannya sendiri di usia matang.
Mereka pun menjadi lebih terampil dalam membuat keputusan finansial yang bijak, entah itu saat membeli rumah, menentukan pilihan investasi, atau menyusun perencanaan untuk masa depan mereka.
6. Mereka Menekankan Keutamaan Merancang Sistem Hubungan yang Kokoh Mulai Dini
Banyak individu percaya bahwa kesuksesan tergantung sepenuhnya pada ketekunan dan kepintaran, namun mereka dengan latar belakang ekonomi mapan menyadari bahwa mempunyai hubungan sosial yang kuat turut menjadi elemen penting.
Dengan demikian, mereka mendidik putra-putri mereka agar membangun ikatan sosial dengan berbagai pihak di lingkungannya, termasuk sesama peers, para pengajar, pembimbing, serta rekan kerja yang akan datang.
Mereka di dorong untuk menciptakan ikatan yang baik, saling mendukung, serta tak sekadar berfokus pada untung pribadi.
Melalui kebiasaan ini, anak-anak berkembang menjadi orang-orang yang mudah bersosialisasi, terampil dalam bertukar pikiran, serta mempunyai jaringan luas yang dapat menghadirkan berbagai kesempatan segar dalam perjalanan hidup mereka.
7. Mereka Mendidik tentang Bagaimana Memilih Resiko Secara Tepat
Banyak orangtua memberi nasihat pada anak-anaknya agar bertindak dengan hati-hati dan menjauhi segala bentuk bahaya. Namun, kelompok yang lebih mampu finansial menyadari bahwa tantangan adalah elemen tak terpisahkan dari hidup dan biasanya penting bagi pencapaian prestasi.
Tetapi, mereka tak mendidik anak-anak supaya bertingkah laku ceroboh. Justru sebaliknya, mereka membudayakan sikap agar pertama-tama analisa dulu tentang kondisi yang dihadapi, hitung-hitung manfaat-kerugiannya, pikir-pikir opsi lain juga, serta pahamin dampak akibat tindakan tersebut.
Apabila sesudah memikirkan semua hal ternyata kesempatan tetap menjanjikan, maka mereka didorong untuk berani mengambil tindakan.
Menggunakan metode ini, anak-anak berkembang menjadi orang yang lebih yakin dirinya saat membuat keputusan, entah itu di bidang usaha, pekerjaan, atau kehidupan sehari-hari mereka.
Posting Komentar untuk "Mentalitas Menuju Kesuksesan: 7 Prinsip Orang Kaya Ajarkan pada Anak, Mayoritas Ortu Tak Pernah Melakukannya"